Minggu, 24 Mei 2015

Cerpen Semangatmu Dengan Sayap Kecil



Semangatmu Dengan Sayap Kecil

Pagi itu, dunia seakan tersenyum. Mencari lampiran gambar yang tiada selesai dengan konflik bagai mendung di tengah terangnya mentari pagi. Namanya Dinny Carlos, seorang gadis cantik tapi serba kekurangan. Dia hidup dengan keadaan sederhana. Dunia seakan berpaling darinya. Dinny merupakan anak sulung dari tiga bersaudara yang terpaut masing-masing empat dan enam tahun. Dia gadis cantik tapi berbeda dengan saudara dan teman-temannya. Ketika sang adik dapat berlari, bermain bersama temannya, dia hanya dapat melihat dan terdiam di kursi roda. Dia hanya berpikir entah dimana kekuatan untuk dapat berdiri.
“Kak, ikut main sini yuk…” Panggil adiknya yang kedua, bernama Dhika.
“Tidak, mainlah sama temanmu…” Dinny menahan gundah hatinya untuk dapat berbaur dengan yang lain.
Ayahnya seorang penjual parfum keliling, ibunya hanya buruh cuci rumahan yang berpenghasilan sedikit, tapi tenaganya terkuras. Apalagi, kebutuhannya tidak dapat dia penuhi dengan keadaannya. Untuk mengambil air minum pun harus dibantu. Suatu malam yang larut, dia dan keluarganya menunggu kehadiran sosok yang selalu mengetuk pintu dengan salam saat pukul 20.00 WIB, orang yang benar-benar dia cintai.
“Assalamualaikum… Assala!!!” Belum sempat menyelesaikan salam kedua, tetapi gadis itu telah menjawabnya.
“Waalaikumsalam, tunggu sebentar.... Bu, di depan ada tamu…” Ucapnya untuk berpaling memberi tahu ibunya.
“Oh ya Pak, ada perlu apa ya?, silahkan masuk” dengan ramah ibu gadis itu mempersilakan untuk masuk ke ruang berukuran kecil sebagai ruang tamu.
“Begini Bu… kami datang dari pihak kepolisian untuk memberi tahukan, bahwa suami ibu yang bernama Bapak Lasman telah tiada dikarenakan kecelakaan yang dialaminya di ruas jalan Surabaya- Malang”
Mendengar hal itu, dia dan ibunya benar-benar tak dapat mengungkapkan kata-kata. Hanya “Innalillahi wainnailaihi rojiun,” keadaan yang sungguh mengundang prasangka tak baik pada sang pencipta tapi memang seperti itulah kenyataannya.
Selang beberapa tahun kematian ayahandanya, dia hanya hidup dengan orang tua yang tak sempurna, sampai suatu malam dia teringat pada kata yang tak mudah dia cerna maknanya, “Sayapmu begitu kecil, tapi bentangnya bisa memukau siapapun”. Kata itu berarti untuknya di malam yang gelap. Saat semuanya terlelap, dia menuliskan cerita tentang apa yang bisa dia terima dengan kata yang dikirim sang ayah. Kemudian diberi judul, Sayap Yang Tak Aku Mengerti. Keesokan harinya, tulisan itu dimasukkan ke dalam sebuah amplop yang dia titipkan ke adiknya, sebelum adiknya itu berangkat ke sekolah. Kebetulan, sekolah adiknya berdekatan dengan kantor pos.
Dua minggu tiada kabar yang menghampiri, keputus-asaan melanda hati, suatu ketika dia menerima surat yang dia kira kabar baik justru sebaliknya. Usahanya menyempurnakan tulisanya mendapat bully dari teman-teman yang kurang peduli dan tak suka dengannya. Beberapa kali dia mengirimkan tulisannya itu ke berbagai penerbit. Tetapi hal yang sama dia dapat, naskah itu kembali ke tangannya.
Sampai di ujung keputus-asaan dengan kehidupannya, naskah-naskahnya, dia menyuruh adik bungsunya membuang amplop naskahnya di tempat sampah yang jauh dari penglihatannya.Tak ada harapan lagi baginya. Tetapi suatu sore, dia dikejutkan dengan sosok pria manis yang mendekatinya dan menyodorkan buku kepadanya.
“Ini bukumu…” Ucap pria itu seakan tak asing dengan dirinya.
“Buku? Buku apa?” Dinny tak mengerti dengan maksud pria manis itu.
“Iya ini bukumu kan? Salam Yang Tak Aku Mengerti” Tatapan matanya mengarah jelas pada Dinny.
Tampak dari kejauhan, teman-teman Dinny yang suka membulinya menatap dengan tajam.
“Sungguh aku tak mengerti?” Dinny seperti orang bodoh. Tetapi, ketika matanya menatap buku itu memang tertuliskan namanya.
“Ya ini bukumu, waktu itu aku menemukan amplop di tempat sampah dekat rumahku. Aku mengira itu surat penting yang terbuang oleh pembantuku. Tapi setelah kubuka, itu berisi naskah novel. Setelah kubaca, mataku tak kunjung kering. Akhirnya kubawa naskah itu ke teman sebagai editor, dia mau menerbitkannya.” Dengan membuka-buka halaman buku itu.
“Jadi… jadi..” Dinny yang bingung dengan ucapan yang ingin dia lontarkan.
“Sungguh ini benar-benar kejutan yang berharga, aku tak menyangka naskah itu sekarang menjadi sebuah buku dengan cover cantik bertuliskan namaku. Terimakasih.”
Gadis itu tersenyum lebar dan menatap pada pria manis dan teman-teman di sekelilingnya.
Sampai dia memang benar-benar sukses dengan tulisan-tulisan kreatifnya dan benar juga, Dinny sekarang menyadari kata yang terucap di bibir ayahnya dulu. Walaupun dia gadis berkursi roda, datang dari keluarga kekurangan yang hanya memiliki kesempatan tak sebesar orang normal pada umumnya. Tapi dengan usaha dan semangatnya, kesempatan kecil itu menjadi bentangan kesuksesan yang luar biasa bagaikan kata-kata ayahnya, “Sayapmu begitu kecil, tapi bentangnya bisa memukau siapapun”.

Cerpen Karangan : Rizky Syaumi Kusuma
Sumber : cerpenmu.com

Analisis Struktur :
Abstraksi      : Paragraf 1
Orientasi      : Paragraf 4
Krisis            : Paragraf 9 dan paragraf 10
Reaksi          : Paragraf 11
Koda            : Paragraf 17 dan 19

Unsur Intrinsik :
1.   Tokoh                        : Dinny, Ibu Dinny, Pria manis, Adik Dinny
2.   Watak                       : a. Dinny              : Suka dibully, memiliki semangat  yang tinggi
  b. Ibu Dinny         : Penyayang
  c. Pria manis        : Suka menolong
  d. Adik Dinny        : Penurut
3.   Latar                         
a.  Tempat              : Rumah Dinny      
b.  Waktu                : Pagi hari, malam hari
c.  Suasana             : Menyedihkan
4.   Alur                            : Maju
5.   Sudut Pandang  : Sudut pandang orang ke III
6.   Amanat            : Janganlah putus asa meskipun kita memiliki keterbatasan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar